PLTS On-grid Reguler VS PLTS On-grid Hybrid: Mana yang Lebih Cocok untuk Wilayah Perkotaan?

Di wilayah perkotaan, masyarakat mungkin tidak perlu terlalu memikirkan pasokan listrik mengingat listrik yang disediakan oleh PLN sudah cukup stabil. Namun, bukan berarti Anda bisa bersantai mengingat saat ini energi listrik masih sangat bergantung pada batu bara.

Padahal, batu bara termasuk jenis sumber daya yang berasal dari energi fosil. Seperti yang mungkin sudah Anda tahu, energi fosil bersifat tidak terbarukan. Pengolahannya membutuhkan waktu sangat lama, sedangkan kebutuhan akan energi fosil terus meningkat. 

Di sinilah pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bisa menjadi solusi yang efektif untuk kebutuhan listrik di wilayah perkotaan. Memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber energi, PLTS dapat memberikan pasokan listrik yang terbarukan. Secara umum, ada dua jenis PLTS yang cocok untuk dapat diterapkan di area perkotaan, yaitu PLTS on-grid reguler dan PLTS on-grid hybrid. Mana yang lebih cocok digunakan untuk wilayah perkotaan?

 

Sama-sama bekerja secara paralel dengan PLN

Sebelum membahas lebih jauh tentang perbedaan PLTS on-grid reguler dan PLTS on-grid hybrid, penting untuk diketahui bahwa menggunakan PLTS bukan berarti Anda lantas tidak membutuhkan listrik dari PLN. Namun, penggunaan PLTS akan membantu Anda untuk mengurangi ketergantungan terhadap listrik PLN sekaligus dapat menekan pengeluaran biaya listrik bulanan.

PLTS menggunakan panel surya agar bisa menghasilkan listrik yang berasal dari sinar matahari. Sistem PLTS on-grid terhubung dengan jaringan listrik PLN. Hal ini berlaku pada PLTS on-grid reguler dan hybrid. Dengan menerapkan sistem on-grid, panel surya akan bekerja selama pagi hingga sore hari saat matahari sedang bersinar.

Selama waktu tersebut, Anda dan penghuni rumah atau bangunan bisa menikmati listrik produksi panel surya. Jika misalnya rumah sedang kosong dan tidak mengonsumsi listrik, listrik dari panel surya dapat dijual ke PLN melalui skema ekspor-impor Kemudian, saat malam hari dan tidak ada sinar matahari, barulah Anda menggunakan listrik dari PLN. Biaya pengeluaran untuk tagihan listrik PLN pun bisa lebih ditekan.

 

Cara kerja sistem on-grid pada panel surya

Baik PLTS on-grid reguler dan hybrid memiliki cara kerja sistem yang cenderung sama. Seperti yang disebutkan sebelumnya, PLTS menggunakan panel surya untuk mengubah sinar matahari menjadi energi listrik, lebih tepatnya arus listrik searah (DC).

Baru setelah itu arus listrik DC diubah menjadi arus listrik bolak-balik (AC) melalui solar inverter, yang setelah itu akan menyalurkan arus tersebut ke panel distribusi. Inverter juga berperan mengontrol aliran listrik agar energi listrik produksi panel surya bisa diprioritaskan daripada listrik jaringan PLN. Arus listrik AC kemudian dialirkan ke berbagai peralatan listrik sehingga bisa Anda gunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan rumah tangga, industri, dan komersial.

 

PLTS On-grid reguler tidak menggunakan baterai

Lalu, apa perbedaan PLTS on-grid reguler dan hybrid jika keduanya sama-sama bekerja secara paralel dengan PLN?

Perbedaan keduanya terletak pada ketersediaan baterai. PLTS on-grid reguler tidak menggunakan baterai untuk menyimpan daya listrik. Kondisi ini memiliki kelebihan dan tantangan tersendiri. Karena tidak memiliki baterai, maka PLTS on-grid reguler pun membutuhkan biaya modal atau investasi yang relatif lebih terjangkau jika dibandingkan dengan PLTS on-grid hybrid.

Namun, di sisi lain, ketiadaan baterai pada PLTS on-grid membuatnya cukup sulit jika terjadi pemadaman listrik secara total. Pasalnya, sistem solar panel akan ikut mati karena PLTS on-grid reguler tidak bisa bekerja akibat tidak adanya baterai yang menyimpan daya.

 

PLTS On-grid hybrid dilengkapi dengan baterai

Sementara itu, berbeda dari PLTS on-grid reguler, PLTS on-grid hybrid dilengkapi dengan sistem baterai. Hadirnya baterai berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan atau back up energi listrik.

Jadi, jika seandainya terjadi pemadaman listrik secara total, rumah atau bangunan akan mengambil energi listrik dari baterai, yang listriknya disuplai oleh solar panel. Dengan kata lain, dalam kondisi pemadaman listrik, Anda tetap bisa beraktivitas seperti biasa karena ada pasokan cadangan listrik dari baterai PLTS on-grid hybrid.

Namun, karena adanya fitur baterai ini pula, PLTS on-grid hybrid umumnya ditawarkan dengan harga investasi yang cenderung lebih mahal jika dibandingkan dengan PLTS on-grid reguler.

 

Jadi, mana yang lebih cocok untuk wilayah perkotaan?

Terkait penggunaan sistem PLTS on-grid reguler atau hybrid yang cocok, keputusan tersebut tergantung pada tujuan dan kebutuhan Anda dalam menggunakan sistem solar panel.

Namun, untuk wilayah kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta atau Surabaya, penggunaan sistem PLTS on-grid reguler lebih direkomendasikan. Alasan pertama adalah soal biaya yang relatif lebih murah. 

Lalu, seperti yang sudah disebutkan di awal, idealnya pasokan listrik PLN di wilayah perkotaan sudah jauh lebih stabil jika dibandingkan dengan yang ada di daerah-daerah terpencil. Artinya, kemungkinan terjadinya pemadaman listrik total pun sangat kecil.

Seandainya terjadi pemadaman listrik, biasanya tidak berlangsung terlalu lama atau berhari-hari, kecuali jika memang ada gangguan yang tidak biasa. Dengan kata lain, masyarakat tidak perlu menyiapkan cadangan listrik pribadi melalui sistem daya baterai yang ditawarkan pada PLTS on-grid hybrid.

 

Contoh kota di Indonesia yang terapkan sistem PLTS

Mengingat tingginya ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap pasokan listrik PLN, menerapkan sistem PLTS mungkin agak terkesan sulit. Namun, sebetulnya hal ini sudah mulai diterapkan di sejumlah wilayah perkotaan di Indonesia. Salah satunya adalah Surabaya. Ibu kota Jawa Timur Ini memanfaatkan teknologi solar panel untuk memberikan tenaga listrik pada beberapa titik traffic light (TL), rumah pompa, penerangan jalan umum, hingga kantor instansi pelayanan publik.

Sudah diterapkan sejak tahun 2016 lalu, langkah ini diambil untuk meminimalisir risiko jika sewaktu-waktu terjadi listrik padam. Pasalnya, dulu Surabaya pernah mengalami peristiwa angin puting beliung, yang membuat beberapa kantor instansi pemerintahan tidak bisa memberikan pelayanan. Belum lagi kemacetan akibat TL yang tidak berfungsi.

Dari situlah keputusan untuk menggunakan PLTS diambil. Per Agustus 2019 kemarin, sudah ada kurang lebih seratus titik di Surabaya yang terpasang solar panel. Tidak hanya mengurangi risiko jika listrik padam, penerapan sistem PLTS juga berhasil menghemat anggaran Pemkot Surabaya.

Sebelum menggunakan PLTS, Pemkot Surabaya harus mengeluarkan biaya sekitar Rp1 juta per bulan untuk satu titik TL. Namun, berkat PLTS, sekarang biaya yang dikeluarkan hanya sekitar Rp90.000 untuk jasa sewa meteran.

 

Sudah saatnya wilayah perkotaan di Indonesia mulai mengimplementasikan sistem PLTS on-grid reguler. Selain mengurangi ketergantungan terhadap listrik yang berasal dari energi fosil, penggunaan sistem PLTS on-grid reguler juga lebih ramah lingkungan karena secara tidak langsung dapat mengurangi kadar CO2 di bumi.

 

Written by Biru Cahya Imanda | 29 Oct 2019