Kekurangan Energi Fosil sebagai Sumber Energi di Indonesia

Selama ini, Indonesia menggunakan energi fosil sebagai sumber energi utama. Hal ini bisa Anda lihat dari penggunaan batu bara, gas, dan minyak bumi. Di satu sisi, kehadiran energi fosil memang sudah terbukti mampu memberi kemudahan dalam hidup. Namun, di sisi lain, tak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya penggunaan energi fosil memiliki kekurangan tersendiri. Apabila kita terus mengabaikan kekurangan-kekurangan tersebut, lambat laun dampaknya akan semakin parah terhadap kualitas hidup manusia.

1. Bukan merupakan energi yang terbarukan

Sesuai namanya, energi fosil memang berasal dari fosil atau sisa-sisa makhluk hidup. Proses pembentukannya memakan waktu jutaan tahun hingga menjadi energi yang bisa digunakan. Nah, perlu diketahui bahwa energi fosil bukanlah sumber energi yang terbarukan. Artinya, jika suatu saat energi fosil ini habis, maka manusia harus menunggu hingga jutaan tahun lagi hingga proses pembentukan energi fosil selesai.

Padahal, situs satuenergi.com menyebutkan pada Desember 2015 bahwa saat ini terjadi ketidakseimbangan antara persediaan dan permintaan energi fosil. Bahan bakar fosil, misalnya, diprediksi akan habis dalam waktu 30-40 tahun ke depan. Kita tentu tidak mungkin menunggu jutaan tahun hingga energi fosil kembali tersedia, bukan?

2. Tidak ramah lingkungan

Hasil pembakaran dari penggunaan energi fosil ternyata tidak ramah lingkungan. Misalnya, pada industri biokimia, pembakaran dari bahan bakar fosil cenderung menghasilkan limbah yang dapat mencemari lapisan tanah. Jika lapisan tanah tercemar, aneka tumbuhan tidak akan dapat tumbuh dan hidup secara normal. Belum lagi jika pembuangan limbah tidak dilakukan dengan cara yang benar. Bayangkan apabila limbah tersebut dibuang ke sungai. Mengingat aliran air selalu berujung ke laut, limbah pun bisa mengganggu ekosistem para penghuni laut seperti ikan, kepiting, dan lain-lain.

3. Bisa mengganggu kesehatan manusia

Seperti yang disebutkan sebelumnya, energi-energi seperti gas, minyak bumi, dan batu bara yang kita gunakan sehari-hari bersumber dari energi fosil. Contohnya, kita menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar transportasi sehari-hari. Ketika digunakan, transportasi atau kendaraan tersebut menghasilkan polusi udara yang tak hanya berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar, tapi juga kesehatan Anda. Jika terus dibiarkan, polusi udara bisa menyebabkan terjadinya gangguan pada paru-paru, mulai dari asma hingga kanker. Paparan polusi dalam jangka panjang juga bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi pernapasan pada populasi manusia secara umum.

4. Harga minyak terus meningkat

Seiring berjalannya waktu, kebutuhan akan energi fosil terus meningkat. Sayangnya, jumlah energi fosil yang tersedia justru menipis. Di Indonesia, konsumsi energi fosil mencapai 95% dari bauran energi nasional. Bahkan hingga sekarang Indonesia masih harus mengimpor sumber energi minyak bumi demi memenuhi kebutuhan tersebut.

Di sisi lain, sebanyak 40% produksi minyak dunia dipegang oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang terdiri dari tiga belas negara. Beberapa di antaranya seperti Arab Saudi, Irak, Iran, dan Qatar. OPEC inilah yang bertanggung jawab memantau tingkat konsumsi minyak dunia agar mereka bisa menyesuaikan produksi demi mempertahankan harga yang dikehendaki.

Nah, kondisi itulah yang dapat menimbulkan fluktuasi harga minyak di dunia. Mengingat sumber energi fosil yang menipis sementara kebutuhan meningkat, bukan tidak mungkin harga minyak dunia akan terus meningkat.

Tak ada yang menyangkal bahwa energi fosil sebagai sumber energi di Indonesia saat ini telah memudahkan kehidupan. Namun, kita juga tidak bisa menutup mata akan berbagai kekurangannya di atas. Sudah saatnya kita mulai mempertimbangkan untuk beralih menggunakan sumber energi terbarukan yang tak hanya mampu memenuhi kebutuhan energi sehari-hari, tapi juga ramah lingkungan.

Written by Biru Cahya Imanda | 24 Aug 2018