Energi Terbarukan Buka Potensi Penyerapan Tenaga Kerja

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan pada sektor ekonomi. Salah satunya dampaknya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena terhalangnya operasional perusahaan. Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat pandemi ini.

Sektor energi terbarukan memberikan titik terang pada fenomena ini. Dikutip dari Kompas Harian 4 Mei 2020, program pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS Atap dapat menyerap ribuan tenaga kerja baru di Indonesia. Institute for Essential Services Reform (IESR) mengkaji bahwa pandemi Covid-19 menciptakan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke dalam jalur pertumbuhan ekonomi rendah karbon (low carbon economy). Caranya dengan memacu transisi energi dengan mengurangi penggunaan sumber energi fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan.

Program ini dinamakan Program Surya Nusantara. Rencana dari program ini adalah pemasangan PLTS Atap sebesar 1000 MW pada 500.000 rumah tangga penerima subsidi listrik sehingga setiap rumah mendapat daya hingga 2000 watt. Dari proposal yang diajukan, program akan mulai dipersiapkan tahun ini dan dilaksanakan pada 2021, lalu dilanjutkan hingga 2025 untuk mendukung tercapai target Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017. Rencana dalam RUEN yaitu terpasang PLTS pada tahun 2020 sebesar 900 MW, lalu naik menjadi 1600 MW pada tahun 2021.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa menyampaikan pada Kompas bahwa program ini dapat menyerap tenaga kerja setidaknya 30.000 orang dalam setahun pelaksanaannya. Namun, calon tenaga kerjanya perlu dilatih keahlian tertentu melalui program tersertifikasi. Pelatihan dapat dilakukan dengan melibatkan sejumlah pihak seperti balai latihan kerja, BUMN, ataupun perusahaan swasta sektor pengadaan PLTS. Selain itu, pemerintah dapat melakukan penghematan subsidi listrik sebesar Rp1.3 triliun per tahun dan akan terus bertambah jika program ini dilanjutkan sampai tahun 2025.

Di sisi lain, Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM, Haryanto mengatakan pada Kompas pandemi Covid-19 berdampak serius terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Harga minyak mentah dunia jatuh hingga ke level 20 dollar AS per barel dari 65 dollar AS per barel pada awal tahun ini. Akibatnya, biaya pokok produksi listrik tenaga diesel menjadi sangat murah sehingga energi terbarukan kalah bersaing. Sebagian pergerakan barang dan jasa terhenti yang mengakibatkan proyek pembangkit listrik terbarukan juga tersendat.

Energi merupakan kunci pembangunan ekonomi sehingga pengelolaannya harus berfungsi sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi. Dalam keterangan resmi, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan komitmen pemerintah RI untuk terus mengembangkan energi terbarukan sebagai salah satu usaha menanggulangi dampak pandemi Covid-19. Komitmen ini disampaikan pada pertemuan tingkat menteri yang diselenggarakan International Energy Agency (IEA) pada 24 April 2020 secara jaringan.

Written by Naura Nady Salsabila | 27 May 2020