Bisakah 100% Kebutuhan Listrik Dunia Dipenuhi dengan Renewable Energy?

Hingga saat ini, pemenuhan kebutuhan listrik sehari-hari masih sangat bergantung pada energi fosil. Padahal, energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara bukan termasuk energi terbarukan (renewable energy). Jika pasokan energi fosil terus menipis hingga akhirnya habis, bukan tidak mungkin kita akan kesulitan memenuhi kebutuhan listrik.

Kabar baiknya, peralihan ke renewable energy sebetulnya sudah mulai dilakukan, bahkan di Indonesia sekalipun. Menariknya lagi, menurut sebuah riset tahun 2017 yang diterbitkan dalam jurnal berjudul Joule, sebetulnya 100% kebutuhan listrik dunia sangat mungkin untuk dipenuhi dengan renewable energy dari matahari, angin, dan air pada 2050 nanti.

70% Negara di dunia mampu menerapkan 100% renewable energy

Riset tersebut dilakukan oleh 26 peneliti yang dipimpin Mark Z. Jacobson, seorang profesor di Stanford School of Earth, Energy, and Environmental Sciences. Ada 139 negara yang menjadi objek penelitian mereka karena telah mewakili lebih dari 99% seluruh emisi karbon secara global. Melalui riset tersebut, dikembangkan sebuah roadmap untuk meninjau sumber energi di masing-masing negara. Mereka juga menghitung jumlah generator tenaga angin, matahari, dan air yang dibutuhkan jika ingin mencapai 80% penggunaan renewable energy pada 2030 dan 100% pada 2050. Tidak ketinggalan analisa sumber daya lingkungan yang tersedia di setiap negara.

Hasilnya, para peneliti yakin bahwa sekitar 70% dari seluruh negara di dunia mampu menerapkan 100% renewable energy pada 2050 nanti dengan memanfaatkan sumber daya yang ada saat ini. Apabila hal tersebut benar-benar tercapai, maka diperkirakan akan mampu mencegah pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius dan kematian akibat polusi udara setiap tahunnya.

Program 100% RE di Indonesia

Indonesia sudah mulai mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dengan perlahan beralih ke penggunaan renewable energy. Sejak Oktober 2019 lalu, pemerintah Indonesia telah meluncurkan program 100% Renewable Energy (100% RE). Direncanakan rampung pada 2023, program ini bertujuan mempercepat proses transisi energi dengan menyusun rencana aksi energi terbarukan daerah yang inklusif. Demi mencapai target tersebut, setidaknya ada tiga rencana utama yang telah ditetapkan, yaitu target 23% bauran energi primer terbarukan pada 2025, pengalihan subsidi BBM untuk infrastruktur dan kegiatan produktif, serta pengelolaan sampah untuk energi listrik dan peningkatan kualitas lingkungan. Bila sesuai target, program 100% RE diperkirakan mampu meningkatkan pengembangan energi terbarukan dalam kapasitas lokal. Hal ini pun dapat membantu menurunkan emisi nasional.

Strategi PLN dalam pengembangan renewable energy

Pemenuhan kebutuhan listrik dari energi fosil ke renewable energy tentunya tidak bisa terlepas dari peran PLN, satu-satunya pemasok sekaligus distributor listrik di Indonesia. Demi mendukung program 100% RE tersebut, PLN mengembangkan sejumlah pembangkit energi terbarukan yang dinilai punya potensi besar. Contohnya PLTA, PLTP, PLTS, PLTBm, dan PLTBg. PLN juga memprioritaskan pengembangkan sistem hybrid pada daerah-daerah yang telah dipasok PLTD.

Selain itu, pengembangkan smart hybrid dan sistem pengawasan pun terus dilakukan demi mempercepat transisi ke energi terbarukan. PLN juga berusaha memastikan agar seluruh daerah di Indonesia bisa segera menikmati hasil pengembangan renewable energy ini. Di Indonesia Timur, misalnya, PLN terus mengkaji PLT arus laut dan PLTB khusus sambil tetap mendorong pengembangan PLTS atap. Demi melancarkan berbagai strategi pengembangan energi terbarukan tersebut, PLN telah bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Khususnya untuk kebutuhan perizinan dan penggunaan lahan di area konservasi, terutama bagi PLTPB dan PLTA.

Tantangan dalam penerapan 100% renewable energy

Proses penerapan 100% renewable energy dihadapkan pada sejumlah tantangan. Salah satunya adalah tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap energi fosil. Diperlukan edukasi dan sosialisasi bersifat sistematis dan berkesinambungan demi meminimalisasi potensi penolakan masyarakat terhadap pengembangan program energi terbarukan.

Selain itu, pengembangan sejumlah pembangkit listrik tertentu justru terhambat oleh peraturan menteri. Pengembangan PLTS, misalnya, terhambat Permen PUPR No. 27/2015 tentang bendungan yang mengatakan bahwa pemanfaatan ruang pada daerah waduk hanya berlaku untuk kegiatan olahraga, pariwisata, atau budidaya. Itulah mengapa pengembangan PLTS dari pemanfaatan waduk belum bisa dilakukan.

Biaya juga menjadi tantangan lain dalam penerapan program 100% renewable energy. Jika dibandingkan energi fosil, produk energi terbarukan masih relatif lebih mahal. Di sisi lain, untuk mendapatkan sumber pembiayaan dalam negeri pun masih terhambat bunga tinggi dan tenor singkat. Padahal, biaya tersebut sudah dibutuhkan sejak proses memperoleh lahan untuk membangun pembangkit terbarukan.

Walaupun memiliki cukup banyak tantangan, bukan berarti penerapan 100% renewable energy mustahil dilakukan di Indonesia. Tentunya pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi juga harus diiringi dengan dukungan dan sikap kooperatif dari masyarakat. Bersama SolarKita, Anda pun bisa turut membantu target program 100% RE di Indonesia.

Written by Biru Cahya Imanda | 10 Feb 2021