Atasi Lonjakan Tagihan Listrik saat Work From Home, Bagaimana Caranya?

Pada bulan Juni 2020, PT. PLN (Persero) menjadi perbincangan masyarakat akibat tagihan listrik yang melambung selama pandemi Covid-19. Kenaikan tersebut ada yang mencapai 200 persen, 500 persen, bahkan sampai 1.000 persen. PLN mengakui adanya rata-rata kenaikan pembayaran listrik berkisar 20 persen pada April-Mei lalu. Bahkan rumah yang tidak ada penghuninya diadukan mengalami tagihan listrik yang melonjak hingga 10 kali lipat.

Dikutip dari cnnindonesia.com, SEVP Bisnis dan Pelayanan Pelanggan PLN Yuddy Setyo Wicaksono menyampaikan terdapat tiga faktor yang mengakibatkan lonjakan tagihan listrik yaitu pertama, pemakaian listrik yang meningkat selama masa work from home. Aktivitas yang biasanya dilakukan di luar rumah, selama masa pandemi terpaksa dilakukan di dalam rumah. Aktivitas ini seperti kerja, sekolah, bahkan hiburan. Menurutnya, aktivitas yang meningkat diikuti dengan konsumsi barang elektronik yang tinggi dapat mempengaruhi harga tagihan listrik. Kedua, pemakaian listrik yang bertambah pada bulan Ramadhan. Menurutnya, pada bulan Ramadhan masyarakat bangun lebih awal untuk masak dan kegiatan lain.

Ketiga, ada perubahan sistem catat meter kWH penggunaan listrik dari sebelumnya rata-rata menjadi riil pada bulan pemakaian. Dikutip dari detik.com, menurut Direktur Niaga dan Manajemen Pelayanan Pelanggan PLN, Bob Sahril, kenaikan tagihan tarif listrik dikarenakan adanya pengalihan (carry over) biaya lebih yang seharusnya dibayar konsumen. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga petugas PLN tidak bisa melakukan pencatatan meter ke rumah pelanggan. Maka dari itu, tagihan bulan April dan Mei PLN menggunakan mekanisme pencatatan rata-rata tiga bulan sebelumnya. Akibat perhitungan dengan metode itu, carry over yang belum terhitung ditagih pada bulan Mei sehingga terjadi lonjakan tagihan listrik.

Fenomena kenaikan listrik ini membuat banyak masyarakat mencari alternatif agar dapat menghemat biaya listrik bulanan mereka. Salah satu solusi yang tepat adalah dengan menggunakan Panel Surya.. Mengapa begitu? Anda dapat memproduksi energi listrik sendiri di rumah atau properti Anda dengan memanfaatkan energi matahari secara gratis. Panel Surya Atap bersifat modular sehingga kapasitas daya listrik yang Anda pasang dapat disesuaikan dengan target penghematan yang ingin Anda capai. 

Bagaimana penghematan yang dilakukan Panel Surya? Mari ambil contoh di Jakarta. Jakarta memiliki Peak Hour sekitar 3,92 jam tiap harinya, dimana dengan sistem kapasitas Panel Surya sebesar 3.3 kWP Anda dapat menghemat tagihan listrik sebanyak Rp580.000 per bulan. Dengan sistem Panel Surya on-grid yang terintegrasi dengan jaringan listrik PLN, Anda tidak perlu khawatir jika suplai listrik Panel Surya tidak mencukupi kebutuhan listrik rumah, seperti ketika sedang hujan atau malam hari. Dengan sistem on-grid, rumah Anda akan mengambil listrik dari PLN ketika suplai listrik dari Panel Surya tidak mencukupi.  

Lebih dari itu, dengan peraturan pemerintah, Anda dapat mengekspor kelebihan tenaga listrik (excess power) ke PLN dan dihargai sebesar 65% dari tarif listrik yang berlaku. Listrik yang Anda ekspor akan dijadikan kredit oleh PLN dan akan mengurangi tagihan listrik bulanan Anda. Di samping keuntungan finansial, keuntungan utama Panel Surya adalah Anda akan menggunakan energi terbarukan yang bebas polusi dan ramah untuk lingkungan. 

Jika Anda tertarik untuk mulai menghemat biaya listrik, Anda dapat memulainya bersama SolarKita. Kami siap untuk membantu Anda mulai dari konsultasi hingga pemasangan Panel Surya. Selama pandemi, kami melakukan pemasangan sesuai dengan protokol keamanan untuk menjaga kesehatan tim dan pelanggan. Masih ragu tetapi penasaran bagaimana sistem Panel Surya bekerja? Hubungi kami di www.solarkita.com/contact.

Written by Naura Nady Salsabila | 23 Jun 2020