6 Brand Lokal Indonesia yang sangat Peduli terhadap Lingkungan

Saat berbicara tentang polusi di Indonesia, kebanyakan orang mungkin akan menyebut asap hasil pembakaran BBM kendaraan sebagai penyebabnya. Hal tersebut memang tidak salah, tetapi sebetulnya penyebabnya bukan hanya itu. Bahkan ternyata industri fesyen yang terkenal glamor juga turut menyumbang polusi lingkungan.

Menyumbangkan sekitar 10% dari keseluruhan emisi karbon yang merusak bumi, industri fesyen termasuk salah satu industri penghasil polusi terbesar di dunia. Perlu diketahui bahwa untuk membuat satu buah kaos, diperlukan setidaknya 2.700 liter air. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang diminum seseorang selama sembilan ratus hari.

Terdengar mengkhawatirkan? Ya, tentu saja. Kabar baiknya, saat ini sudah mulai banyak brand yang semakin peduli terhadap lingkungan, bukan dari industri fesyen saja. Tidak hanya brand-brand besar internasional, tapi juga lokal. Mulai dari menggunakan material yang sustainable hingga menerapkan pengolahan limbah secara maksimal, ini dia beberapa brand Indonesia yang telah membuktikan kepedulian mereka terhadap lingkungan.

 

Rupahaus

Memasuki tahun 2015 dulu, Stephanie Tjandra menyadari bahwa industri tekstil Indonesia seolah kehilangan jati diri. Ia mendapati beberapa proses tradisional digantikan dengan produksi mesin, yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Demi bertahan di tengah situasi ekonomi yang mencekik, akhirnya banyak pengrajin tekstil memutuskan untuk menjadi buruh industri. Itulah kenapa banyak pabrik fast fashion yang muncul di Indonesia.

Menyikapi kondisi tersebut, Stephanie pun mendirikan Rupahaus, sebuah clothing label ramah lingkungan yang menggunakan bahan-bahan natural dengan proses handmade. Menariknya lagi, Rupahaus juga berkolaborasi dengan tim desain berbasis Australia serta penjahit dan pengrajin tekstil yang tinggal di desa-desa kecil Indonesia. Sebagian keuntungannya dialokasikan kembali untuk komunitas pengrajin desa.

Jadi, tidak hanya berbisnis dengan tetap peduli lingkungan, Rupahaus juga telah menjaga keaslian tradisi Indonesia, terutama dalam bidang tekstil dan fesyen. Setiap bahan yang dipilih sudah dipastikan tidak akan berbahaya terhadap lingkungan.

 

Osem

Bagi yang suka mengoleksi, atau mengenakan kain jumputan, Anda wajib membelinya di Osem. Berbeda dari kebanyakan kain jumputan yang dijual di pasaran, seluruh kain jumputan buatan Osem selalu dibuat menggunakan bahan pewarna alami. Hanya menyediakan kain jumputan berwarna biru, Osem pun menggunakan tumbuhan Indigofera Tinctoria sebagai pewarnanya.

Tidak hanya pewarna, kain yang digunakan Osem juga sangat ramah lingkungan. Mereka hanya menggunakan kain-kain yang terbuat dari serat alam, misalnya seperti linen, katun, dan rami.

Menerapkan prinsip less/zero waste, apabila ada sisa bahan, Osem akan memanfaatkannya untuk diolah menjadi produk yang lebih kecil. Sebagai alternatif lain, terkadang mereka juga bekerja sama dengan label lain untuk men-upcycle sisa kain mereka. Selain itu, Osem juga tidak menggunakan kancing dan resleting yang terbuat dari plastik agar jika nantinya produk mereka dibuang di akhir pemakaian, produk bisa terurai secara alami.

 

Aqua

Tidak dapat dipungkiri bahwa Aqua telah menjadi brand air mineral top Indonesia. Hingga tahun 2020 nanti, Aqua memiliki komitmen untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan. Tujuan ini didukung oleh empat pilar utama, yaitu perlindungan sumber daya air, pengurangan jejak karbon, distribusi produk yang berkelanjutan, dan optimalisasi kemasan dan pengumpulan sampah kemasan.

Sudah ada banyak program dan langkah konkret yang dilakukan Aqua demi mencapai tujuan tersebut. Pada tahun lalu, misalnya, salah satu pabrik Aqua yang berada di Ciherangpondok, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, memasang solar panel di atas bangunan pabrik. Mampu menghasilkan energi sebesar 885.000 Kwh dalam setahun, solar panel ini dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan listrik di pabrik.

Dengan menggunakan sinar matahari sebagai sumber tenaga listrik melalui solar panel, pabrik Aqua di Ciherangpondok pun dapat mengurangi emisi CO2 sebanyak 860 ton. Jumlah tersebut sama dengan pengurangan CO2 yang dilakukan 15.000 pohon.

 

Cinta Bumi Artisans

Dari namanya saja, sudah terlihat jelas bahwa brand lokal satu ini sangat peduli lingkungan. Yes, tidak hanya sekadar nama, Cinta Bumi Artisans memang benar-benar mencintai bumi dan membuktikannya melalui produk-produk mereka.

Cinta Bumi Artisans lahir ketika sang pemilik, Novieta Tourisia, berada di Poso, Sulawesi Tengah selama dua tahun. Selama di sana, ia menemukan bahwa tradisi pembuatan barkcloth (sebutan kulit kayu dalam bahasa setempat) nyaris punah karena jumlah pengrajin yang semakin berkurang. Padahal, tradisi tersebut sudah berusia ratusan tahun. Berbekal kepedulian dan kecintaannya terhadap budaya Indonesia, Novieta pun membuat produk kriya seperti tote bag melalui kerja sama dengan pengrajin barkcloth.

Selain tote bag, ada pula koleksi tekstil yang dihasilkan Cinta Bumi Artisans. Demi menjaga lingkungan, Novieta dan tim selalu memastikan bahwa kain dan serat selalu dihasilkan melalui proses dan pewarnaan yang alami. Meskipun awalnya cukup sulit meyakinkan pasar konsumen Indonesia akan produk-produknya, kini Cinta Bumi Artisans mulai mengalami peningkatan minat dari masyarakat.

 

Badak NGL

Lebih dulu dikenal dengan nama PT Badak Natural Gas Liquefaction, Badak NGL adalah perusahaan pengolah gas alam cair terbesar di Indonesia. Bahkan ternyata Badak NGL juga dikenal sebagai salah satu kilang LNG terbesar di dunia. Paham betul akan industrinya yang rentang menyakiti lingkungan, Badak NGL pun menerapkan banyak program sebagai wujud kepeduliannya terhadap lingkungan.

Salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat yang diterapkan dengan sistem beyond compliance. Program ini diwujudkan melalui beberapa langkah, yaitu Bontang Kuala Ecotourism, Knowledge House di Jalan Brigjen KM. 6 Bontang, dan Kampung Asimilasi di Bontang Lestari.

Berkat berbagai wujud kepeduliannya terhadap lingkungan, pada 2017 lalu pun Badak NGL mendapatkan penghargaan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) kategori emas untuk ketujuh kalinya. Proper diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia untuk menghargai perusahaan yang berhasil melakukan pengelolaan lingkungan hidup dengan indikator yang terukur.

 

Haku

Bukan hanya pakaian yang bisa diproduksi secara eco-friendly, sepatu pun juga bisa. Haku sudah berhasil membuktikan hal tersebut. Dalam memproduksi alas kaki, brand satu ini selalu menerapkan proses yang bebas animal cruelty. Haku menyebut produk-produk mereka sebagai vegan shoes, yakni alas kaki yang dibuat dari vegan suede, vegan leather, atau material lain yang menggantikan bahan kulit asli.

Misalnya, untuk sepatu berbahan suede, Haku menggunakan material ultrasuede yang telah didaur ulang. Tidak hanya itu, bahan polyester yang ada di dalam ultrasuede ini juga merupakan pre-consumers waste.

Lalu, demi meminimalisir jumlah produk non biodegradable di tanah, Haku juga sebisa mungkin menggunakan kembali bahan vinyl atau plastik. Pasalnya, hampir semua industri menggunakan vinyl lalu dibuang begitu saja. Dengan kata lain, Haku pun telah membantu mengurangi risiko polusi tanah melalui proses bisnis mereka.

 

Keenam brand lokal di atas berhasil membuktikan bahwa berbisnis juga bisa dilakukan sambil tetap peduli lingkungan. Dalam praktiknya, mereka menerapkan proses dan program yang bersifat sustainable atau berkelanjutan. Jadi, sambil tetap menjalankan bisnis dan ikut meningkatkan ekonomi Indonesia, brand-brand tersebut bisa menekan risiko kerusakan lingkungan.

Written by Biru Cahya Imanda | 16 Feb 2019