5 Alasan Menggunakan Solar Panel Atap

Sumber listrik utama di Indonesia masih menggunakan pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil yang dapat memberikan dampak pada kerusakan lingkungan. Untuk itu, pada Konferensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) ke-21 di Paris pada tahun 2015 Indonesia mengumumkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 29%. Untuk mewujudkannya, pemerintah ingin menggencarkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan mengeluarkan kebijakan feed-in tariff sebagai insentif kepada masyarakat yang menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik. Apa itu feed-in tariff? Bagaimana keuntungan yang didapatkan jika Anda menggunakan panel surya untuk sumber kebutuhan listrik Anda? Yuk simak tulisan di bawah.

Menekan produksi emisi gas

Sekitar 89,75% pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar fosil dan hanya 10,25% pembangkit yang menggunakan energi terbarukan (pembangkit listrik tenaga surya, tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga surya, dan tenaga angin). Penggunaan bahan bakar fosil ini akan memengaruhi kondisi lingkungan, yaitu terjadinya degradasi lingkungan atau penurunan kualitas lingkungan. Hal ini dikarenakan hasil pembakaran bahan bakar fosil menyumbangkan emisi gas rumah kaca seperti CO2, CH4 dan N2O. Hasil emisi gas ini dapat memengaruhi kondisi iklim.

Langkah alternatif untuk mengurangi produksi emisi gas rumah kaca adalah dengan memanfaatkan pembangkit listrik dari energi terbarukan. Di Indonesia, energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan dalam jumlah yang besar adalah tenaga surya (energi matahari). Posisinya yang terletak di garis khatulistiwa bumi dan beriklim tropis membuat Indonesia berlimpah energi matahari khususnya di siang hari. Oleh karena itu, energi matahari dapat menjadi salah satu solusi terbaik untuk menyediakan listrik.

Dengan sistem fotovoltaik, panel surya menggunakan energi surya untuk memproduksi energi listrik. Penggunaan panel surya dapat diterapkan di rumah Anda sebagai substitusi listrik dari PLN. 

Dapat mengekspor listrik ke PLN

Menurut Peraturan Menteri ESDM mengenai penggunaan PLTS Atap, kelebihan tenaga listrik (excess power) diekspor ke PLN dengan faktor pengali 65%. Artinya, listrik hasil PLTS yang dijual ke PLN dihargai sebesar 65% dari tarif listrik yang berlaku. PLTS atap yang dimaksud adalah pembangkitan tenaga listrik yang menggunakan sistem fotovoltaik seperti panel surya yang dipasang dan diletakkan pada atap, dinding, atau bagian lain dari bangunan milik konsumen PLN serta menyalurkan energi listrik melalui sistem sambungan listrik konsumen PLN.

Tagihan listrik relatif lebih murah

Jika Anda menggunakan panel surya, selain dapat mengekspor listrik ke PLN,  Anda dapat menggunakan deposit energi (yang dicatat Net Meter) untuk mengurangi tagihan listrik Anda di bulan berikutnya. Dengan begitu, anda akan mendapatkan tarif harga yang lebih murah dibandingkan penggunaan listrik biasa. Kebijakan feed-in tariff ini diberikan pemerintah guna menumbuhkan minat dalam mengembangkan energi surya di Indonesia. Pemerintah Indonesia telah menargetkan kapasitas terpasang dari energi surya hingga 0,87 GW pada tahun 2025.

Perawatan yang mudah

Panel surya dapat membantu Anda menghemat uang untuk tagihan listrik Anda, tetapi Anda harus memeliharanya dengan baik dan memastikan Anda mendapatkan garansi yang baik. Pemeliharaan yang harus Anda lakukan adalah mencucinya bersih dari kotoran dan debu dua hingga empat kali setahun. Rutinitas pembersihan dasar ini memastikan bahwa matahari dapat bersinar terang pada panel, memaksimalkan jumlah cahaya yang tersedia untuk berubah menjadi tenaga listrik. Pihak penyedia panel surya biasanya memberikan jasa perawatan.

Ketahanan panel surya yang cukup lama

Selain perawatan yang mudah, usia teknis peralatan panel surya terbilang cukup lama. Panel surya beserta jaringan yang terpasang memiliki usia teknis sampai 25 tahun. Jika Anda ingin pindah rumah, panel surya juga dapat ikut dipindahkan dengan mudah. 

 

Setelah mengetahui keuntungan menggunakan panel surya, apakah Anda siap untuk menjadi salah satunya?

 

Written by Naura Nady Salsabila | 30 Mar 2020