Peran Joe Biden dalam Pengembangan Energi Surya Sebagai Presiden Amerika Serikat

Setelah berhasil memenangkan pemilu dan terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya, Joe Biden disinyalir akan menjadi Presiden Amerika Serikat pertama yang memiliki rencana agresif terkait pengembangan energi terbarukan.

 

Selama masa kampanye, Joe Biden sudah menyuarakan komitmen serta rencananya ketika nanti menjabat sebagai Presiden AS untuk fokus dalam pengembangan energi surya, energi bersih, dan energi terbarukan lainnya. Apa saja kira-kira rencana yang bisa kita harapkan dari Joe Biden sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan Bumi?

 

Penangguhan tarif impor dan ekspor panel surya di Amerika Serikat

 

Setelah sebelumnya diberlakukan bea cukai terhadap sel dan modul solar impor yang masuk ke Amerika Serikat di masa kepemimpinan Donald Trump, kemenangan Joe Biden menyebabkan Pengadilan Perdagangan Internasional AS memperpanjang pemberhentian pungutan bea cukai untuk barang impor pengembangan energi surya. Section 201 menetapkan tarif pajak impor sebesar 30% dengan penurunan berkala sebesar 5% per tahun sejak Februari 2018. 

 

Meski begitu, Section 201 akan berlaku sampai tahun 2022. Kemenangan Joe Biden di pemilu AS tetap membawa angin segar bagi pengembangan energi surya. Sebelumnya, Donald Trump mengesahkan penawaran kepada Pengadilan Perdagangan Internasional AS untuk memasukkan panel surya bifacial ke dalam kategori objek impor di bawah Section 201 serta menaikkan tarif bea cukai dari 15% ke 18% di tahun terakhir. Namun, berkat kemenangan Joe Biden, penawaran ini ditangguhkan oleh Pengadilan Perdagangan Internasional AS sampai waktu yang ditentukan. 

 

Keinginan Biden bagi AS untuk bergabung lagi ke Paris Climate Accords

 

Amerika Serikat menjadi negara penghasil emisi pemanasan global terbesar ke-2 di dunia setelah China. Apabila Amerika Serikat berkomitmen untuk mengurangi efek gas rumah kaca, seperti yang sudah dilakukan oleh China yang bergabung ke rencana reduksi emisi global, tentunya ancaman efek gas rumah kaca akan berkurang secara signifikan. 

 

Sayangnya, Donald Trump secara resmi keluar dari Paris Climate Accords, sebuah persetujuan global yang merancan framework di mana para negara yang tergabung di dalamnya berkomitmen untuk menekan pemanasan global hingga berada di bawah suhu 2oC dan tidak lebih dari 1,5oC. 

 

Demi memajukan pengembangan energi surya, Joe Biden telah mengekspresikan keinginannya bagi AS untuk bergabung kembali ke dalam Paris Climate Accords. Langkah ini dapat menempatkan AS kembali sebagai negara yang peduli dengan keberlangsungan Bumi, sekaligus mendorong negara-negara lainnya untuk melakukan hal yang sama. Dikarenakan Paris Climate Accords mengharuskan adanya framework yang jelas serta laporan atas upaya yang sudah dilakukan, maka kembalinya AS ke dalam Paris Climate Accords akan memastikan AS berkomitmen untuk fokus dalam pengembangan energi surya dan energi terbarukan lainnya.

 

Mengurangi subsidi untuk industri bahan bakar fosil

 

Selama bertahun-tahun, negara AS memberikan subsidi secara langsung ke perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil sekitar US$20 miliar per tahun serta fasilitas pajak (tax benefits) yang mendatangkan keuntungan luar biasa bagi industri bahan bakar fosil di AS. Tujuan diberikan subsidi ini adalah untuk menekan biaya produksi bahan bakar fosil serta menjadikannya sebagai komoditas yang bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat AS dengan terjangkau.

 

Namun, kebijakan ini sebenarnya tidak lagi diperlukan, mengingat perusahaan bahan bakar fosil di AS kini sudah mapan secara finansial. Terlebih lagi, produksi bahan bakar fosil menghasilkan sekitar 6 miliar ton karbon dioksida. Dengan misi yang diemban Joe Biden terkait pengembangan energi surya dan energi terbarukan lainnya, bukan tidak mungkin Joe Biden akan mengalokasikan dana subsidi untuk industri bahan bakar fosil ke investasi teknologi energi bersih.

 

Pengaruh kebijakan energi terbarukan terhadap pasar dunia

 

Joe Biden mengungkapkan sejumlah rencananya dalam memajukan pengembangan energi surya dan energi terbarukan lainnya di masa kepresidenannya nanti. Beberapa di antaranya yakni pemberlakukan bea cukai terhadap barang padat karbon impor yang masuk ke AS, serta pemberian subsidi bagi perusahaan dan produk energi bersih di AS.

 

Kemajuan dari kesepakatan yang dibentuk oleh Obama dan Xi Jinping untuk meraih netralitas karbon di tahun 2060 juga bisa dipercepat di bawah kepresidenan Joe Biden, sehingga mampu menurunkan tegangnya perang dagang antara AS dan China.

 

Sementara itu, kebijakan energi terbarukan dari Joe Biden juga akan memperkuat hubungan AS dengan institusi keuangan dunia seperti World Bank dan IMF. Dari sini, pemerintahan Biden dapat mengurangi hambatan investasi sektor swasta dan membuka triliun dollar AS sebagai modal untuk investasi energi global. Terlebih dengan rencana Joe Biden untuk mendanai pengembangan energi surya dan energi terbarukan lainnya serta kolaborasi multilateral terkait energi bersih. Pemerintahan Biden dapat mempercepat pengembangan teknologi energi terbarukan secara masif.

Written by Nonny Anasih | 11 Jan 2021