Mengenal 5 Jenis Energi Terbarukan di Indonesia

Beragam jenis energi terbarukan sekarang ini mulai diperkenalkan untuk menggantikan energi konvensional seperti energi fosil. Hal ini bukan tanpa alasan, energi fosil saat ini semakin menipis dan bahayanya juga semakin terasa. Dari berbagai penelitian, energi fosil telah diketahui sebagai penyebab utama pencemaran udara.  Jadi, tidak mengherankan jika energi ini mulai ditinggalkan dan diganti dengan energi terbarukan.

 

Mengenal energi terbarukan

Energi terbarukan merupakan energi yang terkumpul dari sumber daya yang dapat diperbarui dan sumber dayanya dapat terisi kembali dalam rentang waktu yang tidak lama. Ini tentu saja berbeda dengan energi fosil yang harus menunggu waktu ratusan juta tahun, itu pun harus disertai dengan peristiwa geologis tertentu yang tidak bisa terus menerus terjadi. Di sisi lain, energi terbarukan bisa diperbarui melalui proses alami.

Biasanya, energi terbarukan ini kemudian dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik, menggerakkan mode transportasi, menghangatkan atau mendinginkan air, hingga untuk membantu pasokan energi bagi daerah terpencil yang memang sulit dijangkau energi konvensional. Mengingat banyaknya manfaat dari energi terbarukan ini, tidak mengherankan jika instalasi energi terbarukan terus dijalankan.

 

Beberapa jenis energi

Hingga saat ini, penelitian terus dilakukan untuk mengetahui manakah zat atau sumber daya alam apakah yang bisa dijadikan energi terbarukan. Sejauh ini, telah ditemukan beberapa zat dan sumber daya alam yang terbukti dapat diubah menjadi energi terbarukan. Sudahkah Anda mengetahui jenis-jenis energi terbarukan? Mana energi terbarukan yang cocok untuk diterapkan di Indonesia? Ketahui jawabannya pada ulasan di bawah ini.

 

  1. Energi panas bumi

Energi panas bumi atau geothermal adalah jenis energi terbarukan yang berasal dari dalam perut bumi. Indonesia sendiri potensial untuk energi ini karena banyaknya gunung berapi. Di dalam perut bumi terjadi proses peluruhan radioaktif yang berasal dari mineral. Proses ini kemudian menghasilkan panas yang bisa diolah menjadi energi.

Biasanya, pemanfaatan energi ini bisa melalui dua cara, yakni sebagai sumber panas dan pembangkit listrik. Cara memanfaatkan energi panas bumi sebagai sumber panas biasanya langsung melalui pipa yang disambungkan langsung ke perut bumi. Sedangkan sebagai pembangkit listrik bisa melalui boiler.

Dengan perangkat ini, panas bumi akan berubah menjadi uap yang kemudian ditransfer menjadi energi listrik melalui generator. Namun, panas bumi yang bisa dimanfaatkan terbatas hanya pada panas yang berasal dari kedalaman minimal 6.400 km. Pada kedalaman ini, temperatur yang dihasilkan panas bumi bisa mencapai 5.000 derajat Celcius. Panas yang ekstrim ini sangat tepat untuk diolah menjadi energi.

 

  1. Energi angin

Ternyata angin juga memiliki potensi untuk menghasilkan energi. Angin menjadi salah satu energi terbarukan dengan memanfaatkan pergerakannya. Pergerakan angin ternyata mampu menghasilkan energi. Cara memanfaatkan angin hingga akhirnya bisa menjadi energi adalah melalui turbin angin. Energi ini sangat bergantung pada kecepatan angin. Saat kecepatan angin tinggi, maka energi yang dihasilkan juga lebih besar.

Pada tahun 2015, listrik yang dihasilkan dari energi angin mampu memenuhi 4% kebutuhan listrik dunia. Di Denmark, energi angin bahkan mampu memasok 40% kebutuhan listrik negara. Sejauh ini, Eropa memang menjadi benua yang paling besar dalam memanfaatkan energi angin. Selain Denmark, ada Irlandia, Portugal, dan Spanyol yang juga menggunakan energi angin.   

Jenis energi ini sangat cocok diterapkan di wilayah pantai atau daerah yang memiliki tekanan tinggi karena memiliki tiupan angin yang konstan. Ini bisa Anda lihat di daerah Sidrap, Sulawesi Selatan. Daerah ini menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) pertama di Indonesia. PLTB Sidrap memiliki 30 kincir angin atau Wind Turbin Generator (WTG) dengan kapasitas produksi listrik mencapai 75 MegaWatt (MW).

 

  1. Energi air

Pada dasarnya, setiap zat yang bisa bergerak pasti punya potensi untuk menghasilkan energi. Begitu pula dengan air, zat yang satu ini mampu bergerak dan memiliki massa. Jika dibandingkan, massa air bahkan 800 kali lebih besar dari angin yang juga bisa menghasilkan energi. Oleh karena itu, air yang mengalir lambat pun masih bisa menghasilkan energi.

Hingga saat ini, energi air masih menjadi energi terbarukan yang paling populer. Terbukti dari temuan Renewable Energy Policy Network for the 21st Century (REN21) yang menyebutkan bahwa energi air menyumbang 70% porsi energi terbarukan yang dimanfaatkan untuk kebutuhan listrik di seluruh dunia.

Biasanya, energi air yang dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik bisa dikenali dengan adanya bendungan atau waduk. Untuk Indonesia, pemanfaatan energi air yang menghasilkan listrik dinamakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Salah satunya adalah PLTA Gajah Mungkur yang terletak di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Listrik yang dihasilkan PLTA Gajah Mungkur mencapai 12,4 MegaWatt (MW).

 

  1. Energi biomassa

Secara sederhana, bisa dipahami bahwa energi biomassa merupakan energi yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup di sini mengacu pada tumbuhan dan binatang. Meskipun demikian, sumber energi biomassa tidak terbatas pada organisme itu sendiri, tetapi juga pada limbah organik yang mereka hasilkan seperti kotoran binatang atau sisa hasil panen.

Berdasarkan sumbernya, energi biomassa kemudian dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Pertama ada bioetanol untuk merujuk biomassa yang berasal dari tumbuhan. Kedua ada biodiesel yang berasal dari minyak sawit dan kedelai. Ketiga ada biogas yang biasanya diolah dari kotoran ternak, beberapa bahkan menggunakan kotoran manusia. Terakhir ada biobriket dan bikerosen yang diolah dari minyak nabati.

Cara menggunakan energi biomassa untuk kebutuhan listrik serupa dengan energi panas bumi. Biomassa diambil uapnya terlebih dahulu untuk bisa digunakan. Uap ini dihasilkan dari proses pembakaran. Walau begitu, teknologi yang digunakan tidak sekompleks energi panas bumi sehingga biayanya jauh lebih murah.

 

  1. Energi surya

Terakhir ada energi surya. Seperti namanya, energi ini bersumber dari surya atau matahari. Sejauh ini, teknologi untuk mengolah dan memanfaatkan energi surya mungkin menjadi yang paling inovatif. Jadi, tidak mengherankan jika hingga saat ini telah ada bermacam-macam perangkat pemanfaatan energi surya.

Beberapa perangkat pemanfaatan energi surya di antaranya adalah sistem pemanas bertenaga surya, photovoltaic untuk menghasilkan listrik, hingga fotosintesis buatan. Dalam praktiknya, teknologi energi surya dibagi menjadi dua, yakni tenaga surya aktif dan pasif. Dua kategori ini dibagi berdasarkan bagaimana perangkat tersebut menangkap, mengolah, dan menyalurkan energi surya.

Di Indonesia sendiri pemanfaatan energi surya belum terlalu maksimal. Padahal, sebagai negara tropis, Indonesia sangat cocok memanfaatkan energi surya, bahkan untuk dijalankan di skala perumahan. Hal ini bisa tidak terlepas dari dukungan pemerintah dalam penyediaan meter ekspor-impor dari PLN. Melalui meteran tersebut, pengguna panel surya bisa memanfaatkan energi surya untuk kebutuhan pribadi sehari-hari sekaligus menjual listrik yang tidak digunakan ke PLN. Dengan begini, pengguna panel surya dapat mengurangi biaya listriknya secara signifikan sekaligus mengurangi produksi CO2 yang menjadi penyebab utama polusi udara.

 

Jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya kelima energi terbarukan ini telah dimanfaatkan di Indonesia. Mulai dari energi air yang memang sudah populer hingga energi surya yang mungkin belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Namun, kita sebagai konsumen juga dapat mulai memanfaatkan energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo gunakan energi terbarukan untuk hidup yang lebih baik!

Written by Annisa Hening Noorvitasari | 11 Oct 2018