- Our Contribution:
- CO2 Avoided Kg =
Kerjasama Saling Menguntungkan Antara Indonesia Dengan Singapura Terkait Ekspor Listrik
Ekspor listrik adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengirimkan pasokan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listriknya ke negara lain. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya energi yang dimiliki dan dapat membantu memenuhi kebutuhan energi di negara penerima. Di Indonesia, ekspor listrik telah menjadi salah satu pilihan dalam memanfaatkan sumber daya energi yang tersedia. Indonesia memiliki potensi sumber daya energi yang sangat besar, seperti energi panas bumi, angin, air, dan matahari. Selain itu, Indonesia juga memiliki pasokan bahan bakar fosil yang cukup melimpah seperti batu bara dan gas alam.
Salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor listrik Indonesia adalah Singapura. Singapura merupakan negara yang memiliki kebutuhan energi yang tinggi namun memiliki keterbatasan sumber daya energi yang tersedia. Oleh karena itu, Singapura membutuhkan pasokan listrik dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan energinya.
Kerjasama Ekspor Listrik Indonesia Dengan Singapura
Pada tahun 2020, Indonesia telah mengekspor sekitar 1,73 GWh listrik ke Singapura. Pasokan listrik ini berasal dari pembangkit listrik tenaga gas dan tenaga air yang tersebar di Indonesia, seperti PLTU Jawa 7, PLTU Jawa 9 dan 10, serta PLTA Musi. Mengutip dari website Kementrian ESDM, Ekspor listrik ini dilakukan melalui interkoneksi listrik antara Indonesia dan Singapura yang disebut Ida.
Indonesia dan Singapura adalah dua negara tetangga yang memiliki hubungan bilateral yang kuat. Kedua negara telah bekerja sama dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang energi. Salah satu bentuk kerja sama terbaru antara Indonesia dan Singapura adalah dalam ekspor listrik.
Pada bulan Oktober 2021, Indonesia menandatangani perjanjian kerjasama dengan Singapura dibidang ekspor listrik. Dalam hal ini, Indonesia akan memasok listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut sepanjang 270 km yang menghubungkan kedua negara. Dimana Kerjasama ini mulai diprakarsai oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Indonesia dan Singapore Power, salah satu perusahaan utilitas terkemuka di Singapura.
Proyek ini akan memakan waktu sekitar 4 tahun untuk diselesaikan dan diharapkan dapat mulai beroperasi pada tahun 2025. Dimana program Ekspor listrik ini diyakini akan memberikan banyak manfaat bagi kedua negara. Singapura merupakan negara yang sangat tergantung pada impor energi, dengan sekitar 95% kebutuhan energinya diimpor. Kebutuhan energi Singapura terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi yang cepat. Dalam hal ini, ekspor listrik dari Indonesia dapat membantu memenuhi kebutuhan energi Singapura.
Djoko Siswanto, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, menyatakan bahwa Indonesia memiliki kerja sama antar negara ASEAN, antara lain jaringan pipa gas dari Batam dan Natuna ke Singapura serta program ASEAN Power Grid yang bertujuan untuk menciptakan kekuatan antar negara. jaringan keamanan energi di negara-negara ASEAN.
Keuntungan Kerjasama Ekspor Listrik Indonesia dengan Singapura
Indonesia memiliki potensi besar di bidang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung. Kerjasama dibidang ekspor listrik ini tentu akan dapat memberikan manfaat yang besar bagi Indonesia. Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) Terapung adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan memiliki potensi besar untuk memasok listrik di Indonesia. Namun, tanpa investasi besar, termasuk investasi asing yang didasarkan pada saling menguntungkan, potensi tersebut akan sulit tercapai.
Menurut kajian dari tim 100% Renewable Energy dari Australian National University (ANU), pembangkit listrik tenaga surya terapung merupakan solusi yang sangat tepat untuk memenuhi kebutuhan energi baru terbarukan di Indonesia. Dimana tempat-tempat yang sangat berpotensi untuk dipasang PLTS Terapung sendiri yaitu di permukaan danau-danau besar, seperti Danau Toba (Sumatera Utara) dan Danau Maninjau (Sumatera Barat), serta di permukaan laut.
Melalui identifikasinya, Tim kajian ini juga telah mengidentifikasi bahwa di kawasan maritim seluas 700.000 kilometer persegi sangat cocok untuk digunakan sebagai tempat strategis PLTS terapung di permukaan laut. Hal ini dikarenakan selama 40 tahun terakhir di dalam kawasan ini, ketinggian gelombang tidak melebihi 4 meter dengan kecepatan angin di bawah 15 meter per detik.
Keuntungan Finansial dan Ekonomi bagi Indonesia
Kerjasama di bidang energi terbarukan ekspor listrik merupakan potensi yang baik untuk dapat menciptakan peluang bertukar pengetahuan dan melakukan studi banding serta keuntungan finansial untuk pemanfaatan pembangkit listrik energi terbarukan. Misalnya, proyek pembangkit listrik tenaga surya terapung di Singapura telah menunjukkan bahwa air dapat menurunkan suhu panel surya, meningkatkan kinerja pembangkit listrik tenaga surya, dan juga memperlambat penguapan air di lokasi tersebut.
Terdapat dua proyek potensial yang dapat menciptakan peluang untuk pertukaran pengetahuan. Yang pertama adalah proyek PLTS terapung yang direncanakan untuk Waduk Duriankang, waduk terbesar di Batam. Proyek ini akan dibangun oleh Sunseap Group dengan nilai investasi US$2 miliar (Rp30,3 triliun). Untuk mentransfer keterampilan kepada pekerja lokal, proyek ini juga dibarengi dengan pembangunan Sunseap Academy untuk membekali mereka.
Proyek lainnya adalah kerjasama antara Sembcorp Industries, PT PLN Batam, dan Suryagen untuk membangun sistem penyimpanan energi skala besar di Batam. Sebagai bagian dari Badan Usaha Milik Negara di bidang energi, keterlibatan PLN tentu menjadi sangat penting untuk mengatasi masalah intermittency energi surya (pasokan listrik yang bergantung pada kondisi cuaca) dan kebutuhan energi yang fluktuatif. Hal ini akan sangat berguna ketika Indonesia ingin menyerap listrik dari PLTS terapung skala besar di masa mendatang.
Di sisi lain, Indonesia memiliki potensi besar dalam menghasilkan energi terbarukan seperti energi surya, angin, dan hidro. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan. Namun, pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih terkendala oleh sejumlah tantangan seperti infrastruktur yang kurang memadai dan kurangnya investasi. Dengan ekspor listrik ke Singapura, Indonesia tentu dapat berpotensi dalam meningkatkan pemanfaatan potensi energi terbarukannya. Selain itu, proyek ekspor listrik ini juga dapat membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara serta meningkatkan perekonomian masyarakat.
Mempercepat Rencana ASEAN Power Grid
Selain beberapa penjelasan diatas, Kerja sama ekspor energi terbarukan juga akan mempercepat rencana ASEAN Power Grid. ASEAN Power Grid merupakan inisiatif untuk menghubungkan negara-negara ASEAN menjadi satu jaringan listrik. Tujuannya, agar pasokan energi bisa mengalir dari daerah-daerah yang memiliki kelebihan energi terbarukan. Rencana kerja sama ini tentu akan menguntungkan eksportir energi terbarukan bagi Indonesia di masa mendatang. Manfaat lain tentu juga dapat dirasakan oleh negara-negara kecil seperti Singapura dan Brunei terkait ketersediaan pasokan listrik dari berbagai jenis pembangkit listrik. Kini, Singapura sudah mulai mengimpor 100 megawatt (MW) listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga air di Laos. Singapura juga berencana mengimpor listrik sebesar 4.000 MW dari sumber energi terbarukan, atau setara dengan 30% kebutuhan listriknya, pada tahun 2035.
Sebagai negara tetangga Singapura, Indonesia berada pada posisi strategis untuk memasok energi terbarukan ke Singapura. Dengan potensi energi surya yang melimpah hingga 190.000 terawatt-hours (TWh), Indonesia tentu mampu menjadi "baterai" Asia Tenggara sekaligus mendorong transisi energi di ASEAN. Secara keseluruhan, Indonesia dapat berperan besar dalam sektor energi terbarukan di ASEAN. Indonesia dapat mempercepat proses ini dengan investasi asing yang strategis dan pengembangan kemitraan. Selain itu, listrik dari energi terbarukan juga menjadi salah satu komoditas yang bisa mendatangkan devisa, sehingga Indonesia tidak selalu mengandalkan ekspor batu bara.
Secara keseluruhan, kerjasama antara Indonesia dan Singapura dalam ekspor listrik merupakan langkah penting dalam mengatasi tantangan energi di kawasan Asia Tenggara. Proyek ini dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi kedua negara, serta membantu mencapai target energi terbarukan di Indonesia. Namun, perlu diingat bahwa proyek ini juga harus memperhatikan keberlanjutan dan lingkungan yang berkelanjutan.
Written by Nonny Anasih | 27 Mar 2024