- Our Contribution:
- CO2 Avoided Kg =
Kebiasaan Hemat Listrik di Rumah Dapat Jadi Investasi Untuk Lingkungan
Membiasakan hemat listrik di rumah dapat menjadi investasi bagi diri sendiri, juga lingkungan hidup. Mengapa dapat dibilang seperti itu? Jika kita melihat dari aspek ekonomi, kita dapat menekan pengeluaran untuk membayar tagihan listrik yang tinggi. Dengan menghemat penggunaan listrik, otomatis harga tagihan listrik yang harus dibayarkan akan turun. Jika kita melihat dari bagaimana investasi ke lingkungan, dengan menghemat listrik, kita telah berkontribusi mengurangi produksi emisi karbon dari pembangkit listrik yang selama ini menjadi sumber utama listrik di rumah.
Kita dapat lebih hemat listrik lagi dengan menggunakan Panel Surya. Memang investasi awal yang dikeluarkan untuk Panel Surya cukup besar. Namun, timbal balik yang didapatkan selanjutnya akan lebih besar lagi. Untuk mencapai kata “balik modal” , kita hanya memerlukan waktu 6-7 tahun. Sedangkan usia Panel Surya bisa mencapai 25 tahun lamanya.
Secara rata-rata kita dapat menghemat pengeluaran hingga 70%, tentunya hal ini juga harus didukung dan diikuti dengan gaya hidup hemat listrik. Mari kita lakukan perhitungan pada kapasitas sistem Panel Surya 4.370 Watt Peak (Wp).
Produksi listrik harian
- 4.370 Wp (kapasitas sistem) x 3,9 jam (peak hour)* = 17.040 Wp = 17,04 kWh/Hari
- *Asumsi peak hour di Jabodetabek
Estimasi penghematan per-bulan:
- 17,04 kWh (produksi listrik) x Rp1.467 (harga listrik/kWh) x 30 hari = Rp750.000
Berdasarkan perhitungan di atas, dengan menggunakan sistem Panel Surya sebesar 4.37 kWp kita dapat menghemat listrik hingga Rp750.000 per-bulannya.
Perawatan panel pun tidak memerlukan pengeluaran yang banyak. Kita hanya perlu membersihkannya setidaknya 3-6 bulan sekali, tergantung lokasi rumah. jika terjadi kerusakan pada Panel Surya seperti cacat pabrik, kita tidak perlu membayar dengan harga penuh. Produk akan diganti sepenuhnya karena adanya garansi. Garansi produk Panel Surya pun berlaku hingga 12 tahun. Kita juga tidak mengeluarkan biaya untuk bahan bakar karena sumber energi utama yang dibutuhkan adalah cahaya matahari, anugerah yang kita dapatkan secara gratis setiap hari.
Hasil penghematan dari penggunaan Panel Surya bisa kita pakai untuk hal positif lain. Kita bisa memakainya untuk investasi pada lingkungan. Bagaimana caranya? SolarKita akan membagikan saran untuk Anda!
Berkebun
Berkebun dapat menjadi kegiatan produktif yang menyehatkan. Mungkin beberapa dari kita telah familiar dengan istilah “urban farming”. Untuk mengingatkan kembali, United Nations Development Programme (UNDP) memberi batasan urban farming sebagai aktivitas memproduksi, memproses, dan juga memasarkan bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumen di kawasan perkotaan dengan cara memanfaatkan lahan dan perairan yang ada di wilayah perkotaan atau pinggiran kota.
Beberapa mungkin menganggap berkebun harus memiliki lahan yang besar. Faktanya, kita dapat melakukannya di rumah. Kita bisa berkebun dengan memanfaatkan halaman teras rumah. Jika terlalu sempit, kita bisa membangun kebun vertikal agar tidak memakan tempat. Menginvestasikan hasil penghematan Panel Surya dengan berkebun memberikan keuntungan pada lingkungan. Kita dapat memperluas ruang terbuka hijau di perkotaan dengan mulai berkebun. Ini akan mempengaruhi kualitas udara karena tumbuhan adalah sumber oksigen kita. Lebih dari itu, kita dapat memanfaatkan sampah atau limbah rumah tangga untuk menjadikannya kompos atau pupuk tanaman.
Keuntungan pribadi pun kita dapatkan, yaitu bisa memproduksi bahan pangan sendiri. Kini sudah banyak yang mulai menanam sayur dan buah dengan teknik hidroponik di rumah. Hidroponik adalah cara menanam tanpa memakai media tanah. Cara ini lebih menekankan pada pemenuhan nutrisi tanaman dan kualitas hasil panennya punya rasa lebih baik dan kaya akan nutrisi dibandingkan media tanah. Dengan media tanam menggunakan pipa paralon, berkebun bisa lebih praktis. Kelebihan dari hidroponik adalah bisa diletakan di dalam atau luar ruangan. Apakah Anda sudah siap untuk berkebun di rumah?
Bersepeda
Apakah Anda sudah mulai memakai sepeda untuk bepergian? Atau masih menggunakan kendaraan bermotor? Dengan menggunakan sepeda, kita dapat berkontribusi mengurangi sumbangan emisi gas, loh! Seperti yang kita tahu, emisi gas dari kendaraan bermotor dapat merusak sistem pernapasan hingga menimbulkan kematian.
Selain mengancam kehidupan manusia secara kesehatan, emisi gas juga mengancam kondisi iklim. Emisi gas dapat merusak lapisan ozon. Di Indonesia, emisi dari sektor transportasi hampir mencapai 30 persen dari total emisi CO2 di mana emisi tertinggi berasal dari transportasi darat. Penimbunan emisi gas yang berupa gas rumah kaca ini dapat mempengaruhi panas bumi sehingga terjadi perubahan iklim. Dampaknya terjadi pergeseran musim sehingga timbul kekeringan, krisis air bersih, dan gagal panen produksi pertanian. Jika kita mulai gerakan menggunakan sepeda atau kendaraan ramah emisi, kita dapat mengurangi dampak ini.
Bersepeda juga memberikan efek yang baik bagi tubuh, kita akan merasa jauh lebih bugar. Kita dapat mengontrol berat badan karena setiap gerakan mengayuh sepeda membakar lemak tubuh. Dengan berkurangnya lemak, kita dapat terhindar dari penyakit jantung. Otot jantung juga menjadi jauh lebih kuat jika kita aktif bersepeda.
Mendukung gerakan penyelamatan bumi
Sekarang sudah banyak organisasi yang fokus pada gerakan penyelamatan bumi. Kegiatan yang dilakukan pun seperti penanaman pohon, daur ulang sampah, membuat berita tentang lingkungan, acara mengenai lingkungan, dan lainnya. Tentunya mereka membutuhkan uluran dana demi menyukseskan visinya. Kita dapat memberikan donasi dari hasil penghematan penggunaan Panel Surya. Ini dapat Anda lakukan demi kondisi bumi yang lebih baik, sehingga dapat menjadi suatu investasi untuk Anda dan keturunan Anda nanti.
Kini Anda sudah dapat memperkirakan hal-hal baik apa saja yang bisa kita sumbang untuk lingkungan dari hasil penghematan listrik. Dari hal kecil seperti hemat listrik saja, dampaknya bisa dirasakan oleh banyak orang. Bagaimana hal baik untuk lingkungan versi Anda?
Written by Naura Nady Salsabila | 02 Dec 2020