Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Sepakat untuk Transisi Energi Bersih

Indonesia bersama dengan negara-negara ASEAN lainnya telah menyepakati komitmen untuk bertransisi menuju energi bersih sebagai bagian dari upaya regional dalam mengatasi krisis iklim. Kesepakatan ini diharapkan mampu mempercepat pengembangan energi terbarukan di Asia Tenggara, serta mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang selama ini mendominasi kebutuhan energi di kawasan tersebut. Dengan populasi yang terus meningkat dan permintaan energi yang tinggi, ASEAN menjadi kawasan strategis yang perlu mengambil langkah konkret dalam mengurangi emisi karbon dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Latar Belakang Kesepakatan ASEAN untuk Transisi Energi Bersih

Transisi energi bersih adalah langkah yang mendesak bagi ASEAN, mengingat kawasan ini sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kenaikan suhu, dan cuaca ekstrem. Setiap tahun, negara-negara di Asia Tenggara mengalami dampak lingkungan yang semakin parah, yang mengancam ketahanan pangan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat. Selain itu, permintaan energi di ASEAN diproyeksikan meningkat dua kali lipat pada tahun 2040, sehingga perlu adanya kebijakan yang mampu memenuhi kebutuhan energi tanpa merusak lingkungan.

Dalam rangka mengatasi tantangan ini, negara-negara ASEAN telah bersepakat untuk bersama-sama meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi, mengembangkan infrastruktur energi bersih, dan berkolaborasi dalam transfer teknologi. Kesepakatan ini sejalan dengan tujuan ASEAN untuk mencapai Net Zero Emissions pada tahun 2050, sebuah target ambisius yang menuntut kolaborasi, komitmen, dan investasi besar dari seluruh negara anggota.

Komitmen Indonesia dalam Transisi Energi Bersih

Sebagai negara dengan populasi terbesar di ASEAN, Indonesia memainkan peran penting dalam kesepakatan ini. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen serius untuk beralih ke energi bersih melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menargetkan 23% porsi energi terbarukan pada 2025. Langkah konkret yang telah diambil Indonesia meliputi pengembangan pembangkit listrik tenaga surya, tenaga angin, biomassa, dan tenaga panas bumi. Indonesia juga menargetkan untuk menghentikan penggunaan batu bara secara bertahap dan memperbanyak proyek energi terbarukan di berbagai daerah.

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan sektor swasta dan negara lain untuk memobilisasi investasi di sektor energi terbarukan. Indonesia juga berkomitmen dalam menyediakan insentif pajak dan kemudahan perizinan bagi proyek energi bersih, serta meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk mendukung pengembangan energi terbarukan.

Upaya Negara ASEAN Lain dalam Mewujudkan Transisi Energi Bersih

  • Singapura
    Singapura berfokus pada pengembangan energi surya dan penyimpanan energi karena keterbatasan lahan yang membuatnya tidak dapat mengandalkan sumber energi terbarukan lainnya. Singapura juga mengembangkan teknologi baterai untuk menyimpan energi dan berkomitmen dalam proyek penangkapan karbon sebagai bagian dari strategi transisinya.
  • Malaysia
    Malaysia menargetkan peningkatan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan tenaga air. Pemerintah Malaysia telah meluncurkan sejumlah program untuk menarik investasi di sektor energi terbarukan dan mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari upaya menurunkan emisi.
  • Thailand
    Thailand telah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energinya dan beralih dari batu bara. Thailand berinvestasi besar dalam tenaga surya dan biomassa, serta sedang mengembangkan infrastruktur kendaraan listrik di berbagai kota besar.
  • Vietnam
    Vietnam mengalami pertumbuhan pesat dalam sektor energi surya dan angin, menjadikannya salah satu negara ASEAN yang paling progresif dalam transisi energi. Vietnam juga berencana untuk mengurangi pembangkit listrik berbasis batu bara secara bertahap dan menggantikannya dengan energi bersih.

Tantangan dalam Mewujudkan Transisi Energi Bersih di ASEAN

Meskipun komitmen dan kesepakatan telah diambil, transisi energi bersih di ASEAN menghadapi berbagai tantangan yang tidak bisa diabaikan:

  • Pendanaan dan Investasi
    Transisi energi bersih memerlukan investasi besar di sektor teknologi, infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia. Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, perlu menarik lebih banyak investor dan mengoptimalkan kerja sama internasional untuk memenuhi kebutuhan pendanaan ini.
  • Keterbatasan Teknologi
    Sebagian negara di ASEAN masih bergantung pada teknologi impor dalam mengembangkan energi terbarukan. Selain itu, keterbatasan teknologi penyimpanan energi juga menjadi hambatan bagi negara-negara dengan kondisi geografis yang kurang mendukung seperti Singapura.
  • Ketergantungan pada Batu Bara
    Beberapa negara ASEAN, seperti Indonesia dan Filipina, masih bergantung pada batu bara sebagai sumber energi utama. Pergantian ke energi terbarukan membutuhkan waktu dan kesiapan infrastruktur, sehingga transisi ini tidak bisa dilakukan secara instan.
  • Stabilitas Kebijakan
    Keberhasilan transisi energi bersih sangat bergantung pada kebijakan yang konsisten. Perubahan kebijakan yang sering terjadi di beberapa negara ASEAN dapat menjadi hambatan dalam menarik investor dan mengembangkan proyek energi terbarukan yang berkelanjutan.

Dampak Positif Transisi Energi Bersih bagi ASEAN

Meskipun menghadapi tantangan, transisi energi bersih di ASEAN memiliki dampak positif yang besar bagi lingkungan dan masyarakat:

  • Mengurangi Emisi Karbon
    Dengan beralih ke energi terbarukan, negara-negara ASEAN dapat mengurangi emisi karbon dan berkontribusi dalam menekan laju perubahan iklim. Hal ini juga sejalan dengan komitmen global untuk menjaga kenaikan suhu bumi di bawah 1,5°C.
  • Menciptakan Lapangan Kerja Baru
    Pengembangan sektor energi terbarukan berpotensi menciptakan banyak lapangan kerja, terutama di bidang teknologi, konstruksi, dan pemeliharaan. Ini akan membantu meningkatkan ekonomi lokal dan memberdayakan tenaga kerja di berbagai sektor.
  • Menjamin Ketahanan Energi Jangka Panjang
    Dengan mengembangkan energi terbarukan, negara-negara ASEAN dapat mengurangi ketergantungan pada energi impor, sehingga memperkuat ketahanan energi jangka panjang dan menjaga stabilitas ekonomi.
  • Meningkatkan Kualitas Hidup
    Transisi energi bersih membantu mengurangi polusi udara, yang merupakan masalah utama di beberapa kota besar di ASEAN. Kualitas udara yang lebih baik akan meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan angka penyakit akibat polusi.

Kolaborasi ASEAN dalam Menghadapi Tantangan Transisi Energi

ASEAN menyadari bahwa kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan transisi energi bersih. Negara-negara anggota ASEAN telah bekerja sama dalam berbagi teknologi, pengalaman, dan keahlian melalui berbagai forum dan proyek. Salah satu inisiatif penting adalah pembentukan ASEAN Centre for Energy (ACE) yang berfungsi sebagai pusat informasi dan kerja sama dalam pengembangan energi terbarukan di kawasan.

Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional, seperti Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), dan lembaga lingkungan global lainnya untuk memperoleh pendanaan dan bantuan teknis dalam mewujudkan transisi energi bersih.

Kesimpulan

Kesepakatan antara Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya untuk bertransisi menuju energi bersih adalah langkah strategis dalam menghadapi perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan. Meskipun masih ada banyak tantangan, komitmen ASEAN dalam memperluas penggunaan energi terbarukan dan mengurangi emisi karbon mencerminkan kesadaran akan pentingnya tindakan kolektif dalam melindungi lingkungan. Dengan kolaborasi yang kuat, dukungan kebijakan yang konsisten, dan inovasi teknologi, ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam transisi energi bersih di Asia.

Sumber Referensi:

Written by Dwita Rahayu Safitri | 18 Nov 2024